CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Sabtu, 18 Juni 2011

MENCIPTAKAN BUDAYA MEMBACA DAN MENULIS DI SMK PENERBANGAN SIDOARJO

Awalnya saya berpikir bagaimana sekolah kita mempunyai perpustakaan yang lengkap sebagai sarana pembelajaran bagi siswa yang membutuhkan buku sebagai komunitas pendidikan, apalagi jika buku-buku teknik penerbangan sebagai koleksi perpustakaan sekolah kita. Dalam pikiran andai benar ini tercipta apakah ada pengaruh terhadap kecerdasan siswa di SMK Penerbangan Dharma Wirawan Sidoarjo ini? Tentu semua ini berdampak positif, sehingga langkah awal untuk memulai menghidupkan perpustakaan sekolah sejak 2 tahun lalu saya dan teman-teman guru dengan caranya sendiri-sendiri membuat langkah untuk menggerakkan seluruh siswa, terutama yang duduk di kelas terakhir yang mau tamat untuk menyumbangkan buku-buku yang bermanfaat untuk sekolah kita dan sampai saat ini sudah masuk tahun ketiga.

Kepada seluruh siswa yang saya banggakan andai buku yang saya maksudkan bisa terkumpul di perpustakaan dalam waktu 5 tahun saja berapa banyak ilmu yang kalian serap dari buku-buku yang kalian sumbangkan buat sekolah. Untuk itulah kami ingin menciptakan budaya membaca dan menulis guna mencerdaskan kehidupan masa depan generasi bangsa, tapi apa yang saya peroleh? saat ini hanya dianggap oleh siswa terlalu mengada-ada dan dianggap remeh sehingga buku-buku yang setiap tahun terkumpul hanya buku2 horoscope, buku tenses bahasa inggris, buku agama yang membuat bagaimana kita kaya, buku agama sufi, dll buku agama yang dijual dipinggir jalan yang hanya sekedar memenuhi syarat untuk mengambil ijazah yang seumur hidup dan tulisan saya nempel di situ. Bukan saya bermaksud mengecilkan arti buku-buku agama tetapi buku agama yang kalian bawakan masih jauh dari arti yang sesungguhnya dan gak cocok diperpustakaan SMK Penerbangan. Sehingga saya berpikir apakah siswa pelajar saat ini malas untuk membaca dan malas pergi ke toko buku besar seperti gramedia sehingga jelas berdampak saat akhir pembelajaran bahwa banyak siswa yang bingung apa yang harus dilakukan padahal kami sebagai guru di sekolah tidak kurang-kurang memberikan petunjuk untuk banyak membaca, membaca dan membaca sehingga pengetahuan itu banyak yang ada dipikiran dan menjadikan luas pikiran. Dari apa yang terjadi terlihat jelas siswa yang banyak membaca memperoleh manfaat dalam hidupnya dan itu bisa di hitung dengan jari, dari tiga tahun terakhir jumlah siswa kelas XII rata-rata 250 siswa yang bisa masuk di GMF dan LION Air sebagai tenaga teknik hanya lebih kurang 5 % nya, ini semua karena malas membaca bukan bodoh tetapi MALAS MEMBACA malas menjadikan buku sebagai teman setia.

Buku yang merupakan jendela ilmu untuk menyongsong hari depan yang cerah haruslah bisa dijadikan teman dan harus menjadi sebuah kebutuhan seluruh masyarakat komunitas sekolah untuk mempersiapkan masa depan yang penuh dengan tantangan. Bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk menjadikan buku sebagai ”teman dekat” yang menemani kita. Dengan membaca maka akan mengetahui banyak pengetahuan dan informasi untuk pembangunan bangsa. Sudah saatnya kita ini lepas dari segala macam ketertinggalan. Untuk menjadikan budaya membaca dan menulis bagi masyarakat Indonesia, seperti halnya sayuran yang hendak dipupuk, masyarakat Indonesia juga perlu dibina dan dididik secara dalam agar mengerti benar tentang pentingnya membaca dan menulis. Apalagi masyarakat komunitas disekolah kita yang terdiri dari usia yang masih muda dan yang diharapkan maju dan berkembang.

Sebagai pelajar wajib menjadikan buku sebagai makanan sehari-hari dalam setiap jamnya dan jangan pernah bilang tidak cukup waktu untuk membaca buku, orang lebih senang menonton film, televisi atau bermain komputer. Padahal membaca tidak hanya memperkaya wawasan tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan.
Rajin membaca dapat membuat orang kaya akan wawasan dan informasi. Selain itu, membaca bermanfaat untuk otak dan kesehatan. Dan sebagai pelajar harus nya paham buku-buku bermanfaat yang bagaimana yang harus dibaca untuk masa depannya dan jangan pernah bilang buku apa yang paling murah yang saya berikan.

Mudah-mudahan dengan tulisan ini bisa menngugah seluruh nurani siswa dan paham akan manfaat dan arti membaca dan apalagi menulis . Besar harapan saya untuk para siswa mengerti arti sebuah buku yang saya maksudkan dan mampu menghidupkan budaya membaca seluruh siswa SMK Penerbangan Dharma WIrawan Sidoarjo.

Minggu, 10 Oktober 2010

MANFAAT APEL DAN UPACARA BENDERA

Apel/upacara sebenarnya juga bagian dari interaksi edukatif dan instrument/alat yang cukup efektif untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai tertentu serta upaya mengaktualkan potensi-potensi insan didik. Nilai-nilai tersebut diantaranya :

1. Potensi Kepemimpinan
Setiap siswa secara bergilir diberi kesempatan untuk tampil memimpin apel/upacara . Sebagai pemimpin apel dituntut untuk melakukan aba-aba/tindakan-tindakan tertentu, dalam satu tahun ajaran seorang siswa dapat memperoleh beberapa kali memimpim teman-temannya.

2. Tertib Sosial Normatif lmperatif
Ada aba-aba dan tata cara yang baku yang memimpin maupun yang dipimpin. Ketika seseorang berperan memimpin harus bisa memainkan peran sesuai posisinya. Begitu juga yang berposisi yang dipimpin. Dari sini diharapkan tumbuh kesadaran bahwa pada setiap kelompok sosial demi tertib sosial terdapat aturan-aturan/norma-norma yang bersifat imperative/memaksa sebagai konsekuensi seseorang memasuki suatu kelompok sosial.

3. Rasa Percaya Diri
Pengalaman membuktikan sebagian siswa masih mengalami demam tampil/ndredeg ketika harus tampil memimpin. Namun, umumnya hilang ketika giliran kedua atau seterusnya.

4. Kebersamaan/Jiwa Korsa/Esprit de Carps
Dalam posisi apel/upacara, untuk melanjutkan ke gerakan/aba-aba berikutnya ditempuh jika aba-aba/perintah sebelumnya telah sepenuhnya dilaksanakan. Manakala ada satu/sebagian siswa lalai/tidak mematuhi aba-aba, maka “tersanderalah” seluruhnya. Melalui pembiasaan yang demikian, diharapkan tumbuh kesadaran akan kebersamaan. Diri seseorang adalah bagian dari kelompok-(nya).

5. Tanggungjawab
Ada sejumlah hal yang harus dilaporkan seperti jumlah, kurang, hadir, dan keterangan masing-masing yang berhalangan hadir. Pemimpin harus secara akurat melaporkannya kepada guru. Yang demikian dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan sikap koreksi dan tanggungjawab

6. Tenggang Rasa
Sekali lagi pengalaman membuktikan meski seseorang sebelumnya sudah mempersiapkan diri namun ketika tampil memimpin acapkali masih melakukan kekeliruan. Temyata berperan sebagai pemimpin tak semudah yang menerima/melaksanakan aba-aba. Pengalaman-pengalaman seperti ini akan menumbuh-kembangkan kesadaran tenggang rasa.

7. Loyalitas Kritis Berjiwa Merdeka
Ketika sang pemimpin melakukan kesalahan (misal : dalam memberi aba-aba, laporan, gerakan tertentu) maka anak buah (teman-teman sekelasnya) yang dalam posisi dipimpin wajib memberikan koreksi dengan ucapan “ulangi” pernyataan korektif tersebut dilakukan sebanyak kesalahan yang dilakukan pemimpin dan baru tidak dilakukan lagi manakala sudah benar.

Dari tradisi yang demikian diharapkan tertanam kesadaran sikap loyal sekaligus kritis bukan mentalitas “yes man” atau loyalitas tanpa reserves. Anak buah dan/atau staf yang loyal adalah yang bisa mendukung sekaligus mengingatkan/mengoreksi. Loyalitas yang benar adalah loyalitas kepada person/pribadi orang yang kebetulan menjabat. Kepatuhan yang sehat dan rasional adalah kepatuhan bersyarat yaitu selama perintah/kebijakan pimpinan tidak keluar dan merusak misi organisasi dan secara hakiki bisa dipertanggungjawabkan secara horisontal (kepada sesama manusia) maupun vertikal (kepada Tuhan).
Karena itu kita juga harus bisa membedakan wilayah kedinasan/wilayah publik dengan wilayah privat/pribadi. Jika ini terwujud maka tidak hanya oleh negara secara formal melainkan juga secara riil dimiliki setiap masyarakat. Setiap warga negara dalam kondisi seperti ini secara teoritik kesalahan-kesalahan kolektif dapat dihindarkan, baik dalam konteks organisasi yang kecil maupun besar (negara).

Jumat, 22 Januari 2010

PERLUKAH KESIAPAN MENTAL DAN FISIK SISWA SMK DISIAPKAN
SEBELUM MASUK DI DUNIA KERJA ???

Diawali dari keluhan para tamatan peserta didik yang mulai masuk di dunia kerja dari tahun ketahun membuat para pendidik di SMK prihatin karena para senior atau pegawai yang ada di tempat kerja tidak bersahabat bahkan sikapnya jauh seperti saat mereka kita terjunkan selama masa prakerin, tetapi ada juga yang memang dengan sengaja mereka melakukan semua itu hanya untuk melihat sejauh mana mental, kemauan kerja dan kemampuan kerja anak-anak muda yang masih belum 20 tahun tersebut, Kenapa????? Menjadi tanda tanya besar. Dalam benak saya sebagai pendidik apa yang mesti kita siapkan untuk anak -anak didik kita dalam menghadapi lapangan kerja yang sedemikian itu sehingga mereka benar-benar siap saat mereka terjun di lapangan kerja, selain skill yang mereka dapatkan di sekolah.
Banyak hal yang dialaminya saat mulai bekerja bahkan saat trainingpun sudah mengalami tekanan-tekanan fisik bahkan mental yang dirasakannya, mereka melakukannya secara halus sehingga mereka merasa menyesal masuk di dunia kerja yang sudah banyak mengeluarkan biaya untuk mendapatkan license atau kompetensi keahlian khusus sebagai tambahan pendidikan yang harus dimiliki sebelum masuk kerja setelah lulus dari SMK. Mereka merasa down dan menyalahkan dirinya bahkan menyalahkan lembaga pedidikan, mereka kebanyakan diberi masukan oleh para senior untuk masuk kuliah ke fakultas teknik sebelum kerja. Akhirnya tidak sedikit mereka kemakan pembicaraan tersebut dan keluar dari pekerjaan yang selama ini diidamkan.
Sebagai seorang pendidik saya berpikir : 1. Secara akademis para peserta didik sudah cukup bekal untuk terjun ke dunia kerja. 2. Dengan usia yang mudah yang belum memasuki usia 20 tahun secara teori, mental mereka masih labil dalam arti belum matang untuk bersosialisasi dengan para pekerja yang usianya jauh diatasnya. 3. Belum adanya kesiapan kerja yang terbentuk secara matang pada diri peserta didik, sehingga belum tercapai perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman-pengalaman yang diperlukan, serta keadaan mental dan emosi yang serasi.
Menurut Gulo (1987:240) kesiapan adalah satu titik kematangan untuk menerima dan mempraktikkan tingkah laku tertentu. Sebelum masa ini dilewati tingkah laku tersebut tidak dapat dimiliki walaupun melalui latihan yang intensif dan bermutu. Seseorang baru dapat mengerjakan sesuatu apabila di dalam dirinya sudah terdapat kesiapan untuk dapat mengerjakannya. Sesuai dengan kenyataan adanya karakteristik individu maka pola pembentukan kesiapan berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing individu.

Apa yang terjadi pada peserta didik selepas dari SMK dan masuk di dunia kerja mereka kaget karena kenyataannya para pekerja yang ada tidak seperti pada masa prakerin atau job training (OJT) sehingga tidak sedikit yang mengalami penurunan mental dan gagal untuk bekerja di tempat idaman. Karena menurut pendapat God yang dikutip oleh Sukirin (1975) sebenarnya mereka belum dapat memadukan tiga faktor yaitu: (1) Tingkat kematangan; (2) Pengalaman-pengalaman yang diperlukan; (3) Keadaan mental dan emosi yang serasi, secara tidak disadarinya.

Dari semua uraian diatas maka sebagai pendidik di SMK hendaknya memberikan bekal seperti pendapat God tersebut diatas sehingga apa yang dialami para peserta didik dilapangan kerja tidak akan terjadi kegagalan dan menyalahkan dirinya sendiri.
Untuk para peserta didik di SMK sendiri seharusnya menyadari bahwa untuk masuk di sekolah kejuruan diperlukan sikap, mental dan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak disamping mempersiapkan skill selama 3 tahun belajar di sekolah juga menjaga kedisiplinan diri untuk masuk di dunia kerja yang diharapkan sebelumnya.

Mayoritas para peserta didik yang masuk di SMK menyamakan dirinya seperti para peserta didik di SMA, sehingga prilaku yang seharusnya mereka mau nggak mau harus dikendalikan secara sadar sebagai pekerja muda yang potensial akhirnya mereka lupa tujuan awal masuk di SMK. Mereka tidak menyadari apa yang dihadapi saat mereka lulus dari SMK, sehingga saat masuk dunia kerja tidak sedikit mereka merasa terkejut dengan apa yang dihadapi. Jadi sebagai peserta didik di SMK sudah seharusnya mereka sadar benar apa yang dipilihnya, sehingga secara mental dan fisik benar-benar siap sebagai tenaga muda yang berpotensi dan tenaga professional yang handal pada saatnya kelak, sehingga dalam proses pendidikan selama 3 tahun hanya membentuk skill yang diperlukan dalam dunia kerja sesuai dengan pilihannya dan pembentukan karakter sebagai pekerja juga didapatkan secara sadar.

Akhirnya kepada semua peserta didik di SMK diharapkan secara sadar bahwa kalian itu sudah dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, sehingga mau nggak mau kalian harus menyiapkan diri secara mental dan fisik serta skill dari awal, sehingga tidak merasa gagal dan menyesali diri masuk SMK.

Kamis, 07 Mei 2009

CARA SUKSES BELAJAR MATEMATIKA

Kita tidak bisa belajar secara instan untuk menguasai setiap topik dalam pelajaran matematika. Salah satu cara untuk mengerti betul-betul topik pelajaran matematika adalah dengan mempelajarinya kembali di rumah dan mengerjakan sebanyak mungkin soal-soal. Biasanya suatu topik dalam pelajaran matematika yang semula membingungkan akan dapat dipahami dengan mudah setelah kita mengerjakan beberapa soal. Sekali lagi jangan bosan, tekuni dan bertanya, serta jangan setengah-setengah.

Apa saja yang bisa kita lakukan saat belajar? Berikut ini CARANYA :


1. Review kembali catatan setelah pelajaran.
Setiap kali setelah pelajaran selesai sebaiknya kita mereview kembali catatan. Catat hal-hal atau bagian-bagian yang membuat kita bingung / belum memahaminya untuk ditanyakan pada guru, sehingga akan membantu kita untuk lebih memahami topik tersebut.

2. Pelajari Notasi.
Seringkali guru mengandaikan bahwa siswa tahu dan paham tentang notasi, lambang, simbol dalam matematika, sehingga mau tidak mau siswa memang harus mempelajarinya dengan baik.

3. Buat kumpulan rumus dan konsep-konsep penting.
buatlah kumpulan rumus dan konsep-konsep penting di kertas khusus, buku kecil atau buku saku yang bisa ditempel atau dibawa dan dibuka setiap saat. Ini akan membantu dalam mengingat rumus-rumus dan konsep-konsep penting.

4. Kerjakan PR
Jangan ditunda dan sediakan waktu untuk melihat keseluruhan lagi PR pada hari itu juga dan cobalah untuk mengerjakannya. Setelah mengerjakan beberapa soal dengan melihat buku atau catatan, cobalah meletakkan buku dan catatan tersebut dan coba untuk mengerjakan sisa soal tanpa menggunakan buku teks atau catatan.


5. Latihan, latihan dan latihan.
Jangan hanya mengerjakan soal-soal PR yang diberikan oleh guru. Lebih banyak soal yang dikerjakan akan sangat membantu. Berlatihlah soal sebanyak mungkin yang kita bisa. Hanya dengan cara ini kita belajar matematika. Cara belajar matematika yang efektif memang dengan berlatih dan berlatih mengerjakan soal-soal matematika, untuk mempersiapkan diri jika saatnya ujian tiba.

6. Belajar Kelompok.
Belajar kelompok akan sangat membantu dalam pelajaran matematika. Seringkali karena diantara masing-masing anggota kelompok belajar melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, maka bisa jadi ada yang tahu, dia bisa membantu menjelaskan topik tersebut kepada kita.

7. Manfaatkan buku teks dan buku catatan.
Jika mengalami stuck atau macet dengan suatu topik atau soal yang sedang dikerjakan atau didiskusikan di rumah, BUKALAH buku teks, buku paket pelajaran atau buku catatan.

Senin, 06 April 2009

MASYARAKAT DAN LINGKUNGANNYA

Keserakahan dan sifat tamak kita mengejar keuntungan sesaat membuat kita lupa tentang arti pentingnya lingkungan bagi kesinambungan kehidupan. Ada yang belum pernah terpikirkan oleh kita selama ini. Pola warisan sistem sentralistik yang selama ini dipaksakan kepada kita, seolah-olah menafikkan keberadaan masyarakat untuk mengelola lingkungannya sendiri. Banjir, tanah longsor, adalah akibat dari tidak arifnya kita mengelola lingkungan. Hutan yang gundul, semakin berkurangnya daerah resapan, berkurangnya zona hijau dan lain-lain menggambarkan betapa tidak cerdasnya kita dalam mengelola lingkungan. Keserakahan dan sifat tamak kita mengejar keuntungan sesaat membuat kita lupa tentang arti pentingnya lingkungan bagi kesinambungan kehidupan .

Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu di Surabaya saat musim penghujan tahun ini (2009) terjadi banjir terutama pemukiman penduduk yang berada di sekitar sungai, Semua mengalami hal yang selama ini tidak terpikirkan akan terjadi banjir yang diakibatkan banyaknya bangunan liar di bantaran sungai. Hal ini tidak luput dari taraf berpikirnya masyarakat yang menempati bangli (bangunan liar) tersebut, bagi mereka yang penting dapat ditinggali dan dapat mencari kehidupan dari tempat itu. Belum lagi seperti terjadi jebolnya Situ gintung beberapa waktu yang lalu.

Dari kasus seperti diatas perlunya pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses bagi masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab itu, pemberdayaan masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidak berdayaan masyarakat yang disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, adanya kondisi kemiskinan yang dialami sebagaian masyarakat, dan adanya keengganan untuk membagi wewenang dan sumber daya yang berada pada pemerintah kepada masyarakat.

Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata telah meningkat akibat kemajuan sosial ekonomi masyarakat. Pada masa depan perlu dikembangkan lebih lanjut potensi keswadayaan masyarakat, terutama keterlibatan masyarakat pada berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan ketahanan sosial, dan kepedulian mayarakat luas dalam memecahkan masalah kemasyarakatan termasuk didalamnya masalah lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal mereka, apakah itu di kawasan hutan, bantaran sungai, kawasan konservasi, dan lain sebagainya.
Yang perlu ditumbuhkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah timbulnya kesadaran bahwa, mereka paham akan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta sanggup menjalankan kewajiban dan tanggung jawab untuk tercapainya kualitas lingkungan hidup yang dituntutnya. Kemudian, berdaya yaitu mampu melakukan tuntutan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Selanjutnya, mandiri dalam kemampuan berkehendak menjalankan inisiatif lokal untuk menghadapi masalah lingkungan di sekitarnya. Dan, secara aktif tidak saja memperjuangkan aspirasi dan tuntutan kebutuhan lingkungan yang baik dan sehat secara terus menerus, tetapi juga melakukan inisiatif lokal.

Peran pemerintah daerah atau pejabat setempat yang ditunjuk atas wilayahnya tersebut sangat penting untuk mmengetahui dan merencanakan jauh kedepan dengan tegas untuk dapat mengembangkan kawasan daerah/wilayahnya untuk menjadi bentuk lingkungan yang sehat untuk di huni masyarakatnya dan terus menjadi pengawasannya jangan sampai terlupakan, sehingga tidak saling tuduh jika sudah terjadi bencana.

Masalah dan tantangan dalam pengelolaan lingkungan mengharuskan pemerintah mengubah paradigma dalam mewujudkan setiap kebijakan dengan mengutamakan pola-pola keberpihakan pada masyarakat melalui perwujudan good governance, di mana salah satu karakteristiknya adalah mendorong partisipasi dan kemitraan dengan masyarakat, maka pembangunan harus melibatkan masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, tidak akan ada strategi yang mampu bertahan lama. Peran masyarakat harus dipandang sebagai hal yang dinamis dan memberikan suatu peluang bagi pemerintah yang bermaksud membangun kredibilitas negara melalui potensinya dalam membangun koalisi dan aksi kolektif.
Demikian pula halnya dalam pengelolaan lingkungan hidup, yang merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Keterlibatan dan peran berbagai kelompok/organisasi masyarakat dalam penyaluran aspirasi masyarakat ke DPRD melalui mekanisme demokrasi telah menciptakan suatu momentum menuju suatu rasa memiliki dan berkehendak serta berkelanjutan bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan perwujudan good environmental governance. Jangan sampai DPRD yang ditunjuk oleh masyarakat yang merasa dirugikan malah menyalahkan pejabat setempat kurang manusiawi.

Mestinya dalam hal ini antara DPRD dan pejabat setempat bersatu mengatasi bagaimana caranya, yang terpenting dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah masyarakat sadar sebagai bagian dari lingkungan dimana ia berada, tumbuhnya kearifan lokal dalam mengelola lingkungan , yang pelan – pelan diharapkan akan menjadi budaya ” Cinta Lingkungan ” yang tumbuh di setiap sanubari warga masyarakat.

oooooOOOOOooooo

Kamis, 19 Maret 2009

JATI DIRI GURU SAAT INI (2009)

Saat ini kesulitan pilihan hidup menjadi pendidik lebih berat dari masa sebelumnya. Di luar tantangan masalah ekonomi dan gaya hidup materialistis, hanya seorang guru yang mempertahankan idealisme memfasilitasi anak didiknya menumbuhkembangkan jati diri yang berkarakter yang bisa mempertahankan kehormatan sebagai pendidik. Artinya idealnya seorang guru harus memberikan dirinya secara total bagi dunia pendidikan, sebuah keadaan yang berat di tengah semua persoalan hidup yang harus dihadapi seorang guru. Maka perlu ada strategi untuk menyiasati beban-beban struktural-administratif kependidikan agar tidak menjerat guru ke dalam perangkap yang melelahkan sehingga mereka melepaskan idealisme dan semangat yang dibutuhkan. Strategi ini antara lain adalah menciptakan kondisi yang memacu untuk terus-menerus belajar.

Guru yang berkualitas selalu mengembangkan profesionalismenya secara penuh. Dia tak akan merengek-rengek meminta diangkat sebagai pegawai negeri atau guru tetap sebab pekerjaannya telah membuktikan, kinerjanya layak dihargai. Mungkin ini salah satu alternatif yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan dan mempertahankan idealismenya pada masa sulit. Namun, idealisme ini akan kian tumbuh jika ada kebijakan politik pendidikan yang mengayomi, melindungi, dan menghargai profesi guru. Pemerintah sudah seharusnya menggagas peraturan perundang-undangan yang melindungi profesi guru, tidak peduli apakah itu guru negeri atau swasta, dengan memberi jaminan minimal yang diperlukan agar kesejahteraan dan martabat guru terjaga.

Visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter. Menjadi pelaku perubahan, perubahan itu harus tampil pertama-tama dalam diri guru. Hal inilah yang menjadi pemikiran dan strategi utama bagi para guru agar mampu menjadi pelaku perubahan dan pendidik karakter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini.

Di zaman persaingan ketat seperti sekarang, kinerja menjadi satu-satunya cara untuk mengukur mutu seorang guru. Karena itu, status pegawai negeri, swasta, tetap, atau honorer tidak terlalu relevan dikaitkan gagasan tentang profesionalisme kinerja seorang guru. Di banyak tempat lembaga swasta yang besar dan maju, status pegawai tetap malah membuat lembaga pendidikan swasta tidak mampu mengembangkan gurunya secara profesional sebab mereka telah merasa mapan. Demikian juga yang menjadi pegawai negeri, banyak yang telah merasa nyaman sehingga lalai mengembangkan dirinya. Oleh karena itu guru harus kembali pada jati dirinya yaitu memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu ramah, terbuka, akrab, mau mengerti, dan mau belajar terus-menerus agar semakin menunjukkan jati diri keguruannya.

Situasi ini tidak dapat diatasi dengan mengangkat seluruh guru honorer menjadi pegawai negeri, seperti tuntutan beberapa kelompok guru honorer maupun mengangkat guru tidak tetap menjadi guru tetap yayasan.

Masalah ini hanya bisa diatasi jika pemerintah dan masyarakat memberi prioritas untuk menjaga, melindungi, dan menghormati profesi guru. Secara khusus, pemerintah harus memberi jaminan finansial secara minimal kepada tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat sebagai guru. Jaminan seperti ini hanya bisa muncul jika ada perlindungan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang benar-benar memihak dan berpihak kepada guru.

Sejauh ini, pemerintah hanya mampu menuntut guru untuk ikut sertifikasi, tetapi ia gagal memberi penghargaan dan perlindungan atas profesi guru (ada ketidakseimbangan kuota guru negeri dan swasta, sedangkan swasta dibatasi kesejahterannya dengan aturan alokasi jam mengajar dan status kepegawaian). Pemerintah memiliki tugas mulia dalam menyejahterakan nasib guru. Negara mampu melakukan itu jika ada keinginan politik yang kuat. Ongkos sosial dan politik pada masa depan akan lebih ringan jika pemerintah mampu memberi perlindungan dan kemartabatan profesi guru, terutama memberi jaminan ekonomi minimal agar para guru dapat hidup bermartabat, sehingga mereka dapat memberi pelayanan bermutu bagi masyarakat dan negara.

Sekarang kembali kepada guru itu sendiri bagaimana cara menyikapi diri sebagai pendidik yang profesional, untuk itu guru wajib terus mengembangkan diri di era globalisasi ini, kalau tidak terus mengembangkan diri, guru bisa tertinggal dari siswanya, meskipun belum terima sertifikat profesional apalagi sudah terima sertifikat profesional dan TPP sudah diterima. Tidak ada alasan untuk tidak sempat tapi harus melakukan sesuatu yang sudah menjadi tuntutan bahwa pengetahuan guru harus selalu terasah dan up to date.

Mudah-mudahan pemerintah terus meningkatkan perhatian dan pemikirannya kepada profesi guru dari tahun ke tahun agar guru-guru di negri tercinta ini kembali pada jati dirinya, tidak saja kemudahan dalam mengikuti sertifikasi namun mungkin ada hal-hal lain misalnya menambah kuota bagi guru-guru swasta atau yang lainnya yang dapat membuat guru-guru kembali bersemangat dalam bekerja dan berkreatifitas untuk menambah pengetahuan dalam pembelajarannya.